Jumat, 29 Mei 2009

derita nasi padang

dahulu kala, ada seorang gadis nan imut yang kelaparan,
ibundanya belum menanak nasi dan menggoreng lauk siang itu.

tiba2 muncul ide untuk membeli nasi padang di restoran padang m*****i (g bole sebut merek), yang konon murah dan enak...ibunda melarang gadis nan imut pergi dan membeli nasi padang di sana karena tempatnya terlalu jauh dan langit tengah mulai mendung rupanya...
apa daya, tekad si gadis nan imut sangat kuat, karena diyakininya di restoran tersebut menyediakan paru goreng yang telah lama diidam2kannya...

paru goreng yang enak renyah dan lezat jarang ditemui di resto2 padang terdekat, oleh karenanya si gadis imut dengan semangat melaju ke restoran padang m*****i saat itu juga...
baru 2menit perjalanan, titik air pertama menetesi wajah si gadis nan imut hingga membuatnya kaget serta hampir goyah dan putus asa.
setitik,2 titik,3 titik, dan bruuuush...
untunglah si gadis imut tak lupa membawa mantel silver nan indah yang (mungkin) dapat melindunginya dari angin dan hujan (yang nyatanya tidak,kampret)...

dalam dingin si gadis nan imut menerjang hujan. perangkat bermotor yang tak cukup melindungi wajahnya mulai menimbulkan dampak buruk (helm g onok kocone maksud'e)...
terus dan terus melaju, akhirnya sampai juga di restoran padang m*****i...
mata si gadis nan imut mulai teriritasi dan ia menggosoknya karena merasa gatal, tanpa rasa enggan kemudian ia berucap,

"mas, nasi paru"

*sret, sret, sret

terbungkuslah nasi paru pada akhirnya, beserta nasi rendang pesanan ibunda.
2 nasi = 3000
2 paru = 11000
1 rendang = 6500

*kling...
"kembaliannya..., terima kasih..."

keluarlah si gadis imut dari restoran padang m*****i dengan memikirkan apakah itu tadi jumlah yang murah untuk ukuran nasi padang yang meneriakkan harga murah. padahal lebih murah nasi padang yang ada di TB (yang bahkan masih ditambah minum dan nasi yang ngambil sendiri)...hahahahah....dasar restoran...

whUUUuuzzz....

hujan makin deras, radius penglihatan hanya 50m, itupun bila si gadis nan imut memakai helm yang berkaca, yang nyatanya tidak...
si gadis nan imut sudah tidak tahan untuk pulang dan menyantap nasi padang bersama ibunda di rumah.
"oh, God, bless me..."
si gadis imut tetap mencoba untuk tegar setelah melihat derasnya hujan yang menghambatnya pulang...

plastik nasi padang telah ditali erat supaya air tidak masuk,
mantel silver telah dikenakan,
lalu, werrrr.....

"plak,plok" bak ditampar rasanya wajah si gadis nan imut...
matanya tak dapat melihat jalan dengan jelas.
pedas rasanya...apalagi mata yang telah teriritasi tadi...
5 menit kemudian si gadis nan imut mulai memasuki kota, dilihatnya jalanan mulai nampak dan hujan makin mereda...
"fiuuuh," gumamnya...

akhirnya si gadis nan imut tiba di rumah, dengan pakaian sedikit basah kuyub karena memang mantel silver telah lama dimakan usia dan bentuknya mulai rapuh, sehingga tidak cukup tangguh melindungi tubuh si gadis nan imut..

"mommy...here it is..."

si gadis nan imut berharap ibundanya akan menghabiskan sebungkus nasi padang yang dibawakannya dengan penuh pengorbanan itu.
sebelum menyantapnya, si gadis nan imut berganti sandang terlebih dahulu, untunglah tak sampai kuyup, memang belum waktunya memensiunkan mantel silver, pikirnya...
matanya masih terasa gatal, bahkan sudah memerah, tapi menyantap nasi padang adalah prioritas utama saat ini baginya...

ibunda yang telah duduk di meja (toko), menunggu si gadis nan imut untuk makan bersama...

si gadis nan imut, membuka plastik yang tadi telah ditali erat dengan langsung menyobeknya, karena ia tahu tali pati sulit untuk dibuka, apalagi dalam keadaan lapar...

"mom"

disodorkannya nasi padang pertama untuk sang ibunda,
dan dibukanya nasi padang yang ia rasa miliknya...

ibunda, "lo, mom pake rendang?"
si gadis nan imut, "iya, juga paru"
ibunda, "padahal cukup satu saja, imut"
si gadis nan imut, "tidak apa2, sekalian saja, mom..."

maka disendoknya lah nasi padang berserta seiris paru,


*haup


"ASIIIIN banget," celetuk ibunda...



-f2-

diangkat dari kisah nyata, perjuangan gadis nan imut mencari nasi padang yang ada parunya, celetuk ibunya tidak melenyapkan semangat di dalam dada untuk menyantap nasi paru tersebut (walaupun asin rasanya)...


untuk copy cerpen ini, bisa didapat dengan menghubungi si gadis nan im,.. eh, f2, di nomernya...
hahahahahah...
silly/great experience...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TQ, TQ, TQ... ('c_,')